Aku benci perempuan cantik berambut merah!!
Wednesday, June 17, 2009

11.00
Aku mengayunkan langkahku dengan cepat menuju parkiran mobil. Sambil menggigit bibir, kugenggam erat majalah yang dari tadi hanya kubuka-buka saja tanpa betul membaca or memperhatikan isinya. Semalam Zaira menelponku dan dia bilang kalo selingkuhannya Amira bekerja di bank yang gedungnya baru saja kutinggalkan. Aku sebenarnya masih sakit hati pada Amira atas apa yang dia lakukan padaku 2 minggu yang lalu. But we, girls, should stick to each other especially in the time of crisis!

Jadi hari ini aku terpaksa bangun jam 8, yah well biasanya aku bangun jam 9, mandi dengan ogah-ogahan dan menyetir city-car hitam yang sudah seminggu belum dicuci ini, berangkat menuju Bank.

8.10
Zaira menelpon:

Zaira selalu saja begitu. Dengan nada suaranya, dia selalu bisa membuatku merasa bersalah disaat-saat aku memang bersalah tapi tak ingin disalahkan.

8.15
Tiduran di karpet bulu sambil berencana membersihkan kamar hari ini. Kamar bernuansa gold ini benar-benar sudah waktunya aku bersihkan. Kapan terakhir kali aku membersihkan kamar ya? Hmmm... melirik ke kalender dan meyakinkan diri bahwa sudah 3 minggu yang lalu sejak terakhir kali aku menyapu dan mengepel serta membersihkan debu.

8.20
Turun ke bawah. Sedikit berjingkat saat melewati kamar Mama dan Papa. Lantai di depan pintu kamar mereka masih terasa dingin. Itu artinya AC kamarnya belum dimatikan dan Mama belum keluar kamar sejak Subuh tadi.

8.22
"Biiik..." panggilku sambil bertopang dagu di meja makan. Si Bibik dengan sigap menghampiriku,
"Ya Non?" wajahnya nampak heran melihatku yang jam 8 sudah bangun dan siap-siap sarapan.
"Kapan terakhir kali Bibik membersihkan kamarku? Kenapa berantakan sekali?" sungutku kesal.
"Yah si Non, kan tiap hari saya bersihin kamarnya. Saya sapu dan pel loh Non. Tapi barang yang di meja belajar saya biarin aja soalnya Nyonya bilang, biar dibersihin sendiri, takut nanti ada yang hilang kalo saya yang bersih-bersih,"

Aku tertegun. Sudah 3 minggu berlalu sejak aku merapikan meja belajarku? Huh, pantas saja aku sudah tidak bisa melihat bagian dasar dari meja itu.

8.25
Sarapan sereal dan susu coklat. Dan beberapa pisang ambon.

8.35
Membaca koran, melihat berita tentang Manohara di bagian gosip selebritis. Berita tentang mbak yang satu itu sudah mulai terasa menggangguku. Melirik lantai 2 dan berharap bertemu Mama pagi ini.

8.45
Terdengar HP-ku berbunyi dari kamar. Kubiarkan saja.

8.55
"Jaaaaazzz... HP-mu berbunyi terus dari tadiiiii..." teriak kakak lelakiku yang rupanya sudah bangun dari tidurnya dan pasti merasa terganggu dengan ringtone-ku.
"Ambilin dooong!" aku balas berteriak.
"Maleeess...Kau mau HP-mu aku lempar dari sini?" sungguh penawaran yang pantang diterima.
"Sekali-kali bergeraklah! Jangan habiskan sisa hidupmu duduk didepan TV bermain playstation!" aku pun mengajukan tawaran yang sudah pasti tak akan diterimanya.

Lalu aku kembali ke lantai 2 dan melihat si pemalas itu masih dengan kaos oblong jelek dan celana basket, bersantai di ruang tamu di depan kamar kami.

8.57
Melihat ada 3 mis-call dari Zaira. Ada apa sih dengan cewek itu? Mengapa dia begitu bersemangat 'menangkap' selingkuhan dari pacarnya Amira? Aku lantas menuju kamar kecil yang berada di sebelah kamarku. Dari kamarku, dengan santai kubuku pintu yang langsung menembus kesana. My lovely closet. Surga-ku. Tempat aku menyimpan baju, tas, sepatu, syal, whatever. Oke, what should I wear today?

9.05
Memutuskan untuk memakai rok pleats abu-abu, kaos hitam dan jaket jeans warna biru pudar.

9.10
Plus sneakers krem, dan postman bag warna hitam.

9.45
Hanya terlambat 45 menit dari jadwal keberangkatan yang kujanjikan pada Zaira. Aku duduk dibelakang setir dengan perasaan yang sedikit mulai gelisah. Membayangkan seperti apa sih wajah perempuan itu? Perempuan murahan yang mau-maunya menjadi simpanan tunangan orang?

10.15
Tiba di parkiran gedung berlantai 16 tempat perempuan itu bekerja. Mencari tempat parkir dengan susah payah dan hampir saja memaki seorang om-om dengan Altis-nya yang hampir saja menyerempetku ketika aku berjalan menuju lift. Kutahan makian itu karena menyadari bahwa banyak orang yang tengah mengantri lift. They were all looking at me.

10.35
Memasuki kantor dari Bank swasta tersebut dan menyadari bahwa aku gak punya alasan untuk berada disini. Ini kan bank penerbit kartu kredit dan biasanya orang kemari untuk membayar tagihan mereka!

"Bisa saya bantu, Bu?" sapa seorang satpam dengan ramah.
"Oh eh, er,..." aku tergagap-gagap. Bukan karena satpamnya ganteng (walo memang nampaknya dia terlalu ganteng untuk menjadi seorang satpam!).
"Mau membayar tagihan?" satpam kembali bertanya.
Aku menggigit bibir, "Sebenarnya..." aku berusaha memikirkan satu jawaban, apa saja, sambil mengedarkan pandangan kearah teller. "Saya pengen apply kartu kredit!" ceplosku.
"Oh ya, bisa kearah sini, Bu," Satpam yang ganteng itu mengarahkan aku sambil mengambil beberapa brosur kartu kredit.

Aku mengerutkan kening, this will take time and I dont want to waste my time any longer here!! I just want to know where/ which one is the bitch!
"Eh Pak, sebenarnyaaa... Temannya kakak saya bekerja disini dan dia sudah memberikan brosurnya dan sudah saya isi formulir aplikasinya. Saya hanya hendak menyerahkan formulir itu kepadanya," aku berusaha memasang wajah kibul terbaikku.
"Gitu ya Bu?" Satpam manggut-manggut.
"Eh," aku berjalan menjauhi meja customer service dan memelankan suaraku, "Ada pegawai yang bernama Mbak Jeihan disini?" tanyaku ragu.
"Oh," Satpam memandang ke deretan meja customer service, "Itu kan Ibu Jeihan di counter nomer 3,"

Aku memandang ke arah perempuan yang duduk melayani customer di meja nomer 3. Shit! She'e pretty with her red hair. Rambutnya yang kemerahan dicepol manis. Ugh! Kecantikan seorang bitch!

"Tapi Ibu tetap harus ambil nomer antrian," si Satpam mengingatkan, "Biar saya yang ambilkan, Ibu silahkan duduk dulu," sopan bener ni Satpam, pujiku dalam hati. Tapi antrean begini panjang dan belum tentu juga aku bakal dilayani sama si mbak rambut merah itu. Bitch! batinku dalam hati. Sial! Dia cantik sekali!! Well, Amira cantik, tapi mbak ini, si Jeihan ini lebih cantik daripada dugaanku.

"Ini Bu," Satpam yang tadi menyerahkan secarik kertas berisi nomer antrian kepadaku. Nomer 35. Kulirik layar diatas deretan meja customer service, masih nomer 27.
"Terima kasih Pak, kamar kecil dimana ya?"
"Disebelah lift, Bu," kuberi si Satpam tadi seulas senyum dan berjalan keluar menuju lift. Aku melangkah ke parkiran.


10.50
Aku menelpon Zaira setibanya di lantai dasar.

Shit, aku benci perempuan cantik berambut merah!! Oh well, akhirnya hari ini aku makan siang bersama Zaira membahas sedikit detil yang kudapat hari ini. Amira menelponku tapi tidak kuangkat, lalu dia menelpon Zaira dan kubiarkan mereka bicara berdua.

I'll write again soon! Shit, aku benci perempuan cantik berambut merah!! Sudah kukatakan belum kalau kulit wajahnya putih bersih begitu sempurna???


Gambar dari gettyimages.

3 commented
comment?

3 Comments:

Anonymous zaira said...

bok, kenapa cuman segini ceritanya? blog baru lo kebanyakan basa-basi deh! langsung aja mestinya ke sesi gosipan kita td siang! wkwkwkwkwk...

June 17, 2009 at 3:43 AM

 
Blogger jazlynLOVE said...

yeee.. lo bawel bgt, kagak ikutan ngetik juga! sabar donk, besok gw lanjutin lagi.

June 17, 2009 at 6:01 AM

 
Blogger Ratusya said...

gua suka cara lu bercerita. Makasih ya udah mampir ke tempat sayah.

hm... ada gosip apa nichhhh? ikutan donggg

June 17, 2009 at 8:06 AM

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home



**********************************