A house is not home when it's empty
Thursday, June 18, 2009

I think people that have a brother or sister don't realize how lucky they are. Sure, they fight a lot, but to know that there's always somebody there, somebody that's family. {Trey Parker and Matt Stone, South Park, Cat Orgy, 1999}


Kemaren siang akhirnya aku makan sendirian. Benernya si Bibik sudah masak dirumah, tapi berhubung dirumah gak ada orang selain Bibik dan si Mbak (anak beliau yang juga kerja dirumahku) akhirnya kuputuskan untuk cabut saja ke shopping centre terdekat. Lebih baik aku sendiri ditengah keramaian orang yang tidak kukenal, daripada harus sendirian dirumah-ku sendiri. Itu lebih menyakitkan.

Ntah mengapa akhir-akhir ini aku jadi lebih sensitif terhadap kondisi rumah. Papa yang jarang dirumah karena sibuk dengan bisnisnya di Jakarta. Mama selain memiliki bisnis sendiri juga sering menemani beliau keluar kota (keluar Jakarta yang bukan pulang kerumah, maksudnya), malah beliau lebih pilih nemenin papa keluar kota daripada dirumah menemani anaknya yang mau sidang skripsi. Kakak perempuan yang sibuk di kantor Papa, cabang dikota kami ini; Kakak lelaki yang sering berada di Jakarta. Sekalinya pulang ke rumah tapi selalu menghabiskan waktu ntah bersama gitarnya atau berinteraksi dengan... teman chattingnya. Duh!

Sebenarnya kondisi ini sudah lama terjadi. Sudah bertahun- tahun malah. Tapi dulu tidak pernah membuatku segelisah ini karena aku sendiri juga sibuk sendiri. SMA kuhabiskan dengan aktif di OSIS dan kursus di Bimbel (bimbingan belajar). Waktu kuliah aku juga aktif bergaul bersama teman-teman kuliah (Zaira, Amira dan banyak lagi). Mulai terasa sepi rumah ini, ketika aku lebih sering dirumah dikarenakan pengerjaan Skripsi.

Dan sekarang setelah lulus kuliah (terlambat setahun dibanding Zaira, tapi aku wisuda bersama Amira), dan belum mendapat pekerjaan maka hari-hari banyak kuhabiskan di rumah. Aku sebenarnya juga tidak terlalu tertarik bekerja untuk orang lain, tapi mau bekerja di tempat Papa pun malas rasanya karena itu berarti si kakak perempuanku itu yang akan menjadi Boss-ku. Duh, mending nganggur lah. Toh Papa-ku tidak memaksakan aku untuk bekerja. Mama-ku juga paham jika anak bungsunya ini memang sudah capek memutar otak. Tidak untuk belajar lagi (tawaran S2 dari Papa kutolak dengan sopan) dan tidak juga untuk bekerja.

Tapi dampaknya adalah, status jobless-ku ini membuatku semakin kesepian di rumah. Kini tiada lagi Skripsi yang menghiasi hari-hariku dan memenuhi otakku. Zaira sudah bekerja, Amira mempersiapkan pernikahannya (super sibuk pasti, apalagi ketambahan masalah selingkuh ini, duh!!).

Yah intinya, (1) aku kesepian dirumah. Dan (2) juga tidak mau bekerja, yah setidaknya untuk saat ini. Hidupku sudah cukup bahagia dengan status jobless ini. Toh baru 2 bulan lulus kuliah. Santai dulu lah. Tapi aku maunya santai beramai-ramai :(

1 commented
comment?

**********************************

I had gossip for lunch yesterday
Wednesday, June 17, 2009

Duh berasa jadi Gossip Girls banget gak sih? Hahaha, gak ya Za, kita kan lebih 'penting' daripada Serena dan Blair itu. Lebih dewasa paling nggak :p Anyway, back to yesterday. I owe Zaira a complete retelling story here at my blog. Dia bilang blogku bertele-tele? Well, I have plenty of time to write, so why not?

10.08
Mari mulai dengan kegiatan pagi ini. I woke up at 10, as usual. Ketika terbangun, aku hanya memandangi langit-langit kamarku sambil berusaha menikmati pagi ini. Sejuknya udara segar yang keluar dari pendingin ruangan, betul-betul membuatku merasa beruntung hari ini masih diberi kesempatan untuk hidup. Masih bisa tidur di kasur yang empuk, kamar yang sejuk, tidak kehujanan atau kepanasan.

10.10
Begitu bangkit dari tempat tidur, memutuskan untuk membuka beberapa situs berita [gosip] terkemuka di internet. And yeah, komputer dan internetku selalu menyala setiap aku ada di rumah, even when I sleep.

10.30
Bla bla bla, berita masih terkait pesohor dangdut CF, mbak sosialita dengan sayatan di dada [si MOP], dan berita tentang Ibu P alhamdulillah sudah mereda. Sudah back to work toh beliau?
Pintu kamar diketok sama si Bibik, menawarkan apakah aku mau sarapan di kamar atau dibawah.

"Bik, Mama sudah bangun?" tanyaku pada Bibik.
"Nyonya sudah berangkat, Non. Mau ke pabrik apa... gitu.. katanya," rupanya si Bibik sudah bisa menagkap raut kekecewaan di wajahku, jadi beliau gak berkata apa-apa lagi dan turun kebawah.

11.00
Selesai sarapan, mungkin lebih tepat kalau dibilang brunch ya? Melirik kamar kakak lelaki-ku yang nampak sepi pertanda orangnya sudah keluar rumah. Kamar kakak perempuanku ada di bawah dan tadi kulihat juga pintunya terbuka dan hanya ada si Mbak anaknya Bibik yang sedang membersihkan kamar.

11.10
Merenung di kamar. Merasa sepi. Saat dunia nyata tak ramah padamu, kau kan selalu bisa berlari ke dunia maya. Nampak ada beberapa BUZZ di YM, hmmm... no one important. Oh hey, kakak perempuanku menyapaku! Dia bilang, dia menginginkan postman-bagnya kembali. Oh ow.. kurasa dia akhirnya tau kalau aku meminjamnya tanpa ijin seminggu yang lalu. Pelit banget sih! Minjem gitu doank aja di tagih!!

Kembali ke kemaren aja ya, barusan Zaira meng-SMS diriku dan bertanya apa yang harus kami lakukan selanjutnya untuk menangani masalah PERSELINGKUHAN ini. Hmm.. I still havent got any idea, yang jelas: telling Amira that her BF is cheating on her with somebody more beautiful than her?? Truly not the best idea for now.

I had gossip for lunch yesterday
Wednesday, June 17, 2009


11.15
Setelah tiba di mobil, aku tidak langsung menyalakannya. Membutuhkan sejenak waktu bagiku untuk melupakan bayangan menyakitkan tentang si cantik berambut merah. BUKAN Jeihan. Aku memang benci bitch sialan itu yang mengganggu ketentraman pasangan lain [Amira sudah bertunangan loh, dan siap menikah 3 bulan lagi!]. Tapi aku lebih punya dendam pada si cantik berambut merah YANG LAIN. Panjang ceritanya. Sutra lah kapan-kapan saja dibahas.

11.25
Sudah berada di jalan. Memikirkan mau membelikan Zaira makan siang apa. Segera memutuskan untuk belok di sebuah jalan dimana terdapat banyak depot. Chinese food or Javanese food? Berakhir dengan membeli 2 porsi nasi goreng.

12.00
Tiba di lobby gedung perkantoran Zaira. Lobby nampak ramai. Melirik jam tangan, hmm.. persis jam 12. Lunch time! Memencet tombol 5 didalam lift menuju ke atas yang sepi. Semua orang turun ke bawah, bergegas memanfaatkan jam makan siang. Bersosialisasi dengan rekan-rekan kerja, disambi ngeceng ke meja cafetaria sebelah.... Siapa tahu ada mahluk cakep dari kantor sebelah... Ah itu kan kerjaannya Zaira! Hahaha... Siang ini dia boleh lupakan ritual ngeceng di jam makan siangnya karena hanya akan ada kami berdua.


12.03
"Oh my God, I'm starving" seru Zaira ketika menyambutku di meja resepsionis.
"Kantormu sepi amat?" padahal aku tahu kalo kantornya Zaira selalu sepi.
"Yah si Bapak Boss keluar kota, staf HRD pergi ke kantor imigrasi, si mbak resepsionis mengurus perpanjangan SIM dan si judes staf Marketing itu lagi promo ke radio," Zaira menjelaskan sambil menyiapkan piring, sendok dan gelas untukku di meja balkon.

Pemandangan dari kantor Zaira sebenarnya nampak lebih indah di malam hari. Tapi di siang haripun cukup mempesona lah...

"So tell me, how was she?" Zaira menatapku penasaran?"Oh kau bahkan tak akan membiarkan aku menyelesaikan dulu makan siangku??" goda-ku sambil mengulum senyum.
"Oh c'moooonnn... Kau sarapan tiap hari jam 9 pagi! Makan siangmu seharusnya masih nanti jam 1 kan? Kau masih bisa tahan satu jam lagi! Spill it, girl!" Zaira nampak penasaran sekali.
"Oh well, si Jeihan itu. Dia cantik sekali. Amira is lovely, but Jeihan? She's mature! Kurasa dia 3- 4 tahun lebih tua daripada kita. Cantiknya tuh beda lah," aku menjelaskan sambil mengetukkan jemariku di meja.
"Dont do that, you'll ruin your french-manicure!" Zaira memukul punggung tanganku.

Selama 10 menit berikutnya, aku berusaha keras membuat Zaira terkesan dengan ceritaku. But I'm not very good with detail when I have to give it orally. Lagian aku hanya melihatnya sekilas selama kurang dari 1 menit.

"Kenapa kau tak menunggu sampai bisa berbicara padanya??" sembur Zaira kesal.
"Darling, antriannya masih lama dan belum tentu nanti dia yang akan melayaniku. Lagipula apa yang harus aku lakukan disana? Pura-pura apply kartu kredit?"
Zaira menatapku, masih terlihat kesal, "Tapi informasi yang kita dapat cuman segini doank donk? Sekedar memastikan bahwa memang si Jeihan itu bekerja di Bank itu, dan fakta bahwa fotonya nampak tak seindah aslinya,"
"What do you expect? Aku datang kesana, menamparnya dan memakinya dimuka umum? Berteriak bahwa dia tak seharusnya merebut tunangan orang?" bentakku kesal.

Zaira terdiam. Menatapku dengan tatapan bersalah, "No Darling, you dont have to do that. I'm sorry. We'll find out more about her in any other way,"

Aku terdiam. Sebenarnya aku memang ingin melakukannya. menamparnya dan memakinya dimuka umum. Berteriak bahwa dia tak seharusnya merebut tunangan orang. Well I did that, once before. Been there on a cat fight over a guy who dumped me for a bitch. The beautiful bitch with red hair. I lost the battle once, dont know whether I want to repeat it again this time.



Gambar dari :
gossip girl ; french_manicure ; cat fight.

0 commented
comment?

**********************************

Aku benci perempuan cantik berambut merah!!

11.00
Aku mengayunkan langkahku dengan cepat menuju parkiran mobil. Sambil menggigit bibir, kugenggam erat majalah yang dari tadi hanya kubuka-buka saja tanpa betul membaca or memperhatikan isinya. Semalam Zaira menelponku dan dia bilang kalo selingkuhannya Amira bekerja di bank yang gedungnya baru saja kutinggalkan. Aku sebenarnya masih sakit hati pada Amira atas apa yang dia lakukan padaku 2 minggu yang lalu. But we, girls, should stick to each other especially in the time of crisis!

Jadi hari ini aku terpaksa bangun jam 8, yah well biasanya aku bangun jam 9, mandi dengan ogah-ogahan dan menyetir city-car hitam yang sudah seminggu belum dicuci ini, berangkat menuju Bank.

8.10
Zaira menelpon:

Zaira selalu saja begitu. Dengan nada suaranya, dia selalu bisa membuatku merasa bersalah disaat-saat aku memang bersalah tapi tak ingin disalahkan.

8.15
Tiduran di karpet bulu sambil berencana membersihkan kamar hari ini. Kamar bernuansa gold ini benar-benar sudah waktunya aku bersihkan. Kapan terakhir kali aku membersihkan kamar ya? Hmmm... melirik ke kalender dan meyakinkan diri bahwa sudah 3 minggu yang lalu sejak terakhir kali aku menyapu dan mengepel serta membersihkan debu.

8.20
Turun ke bawah. Sedikit berjingkat saat melewati kamar Mama dan Papa. Lantai di depan pintu kamar mereka masih terasa dingin. Itu artinya AC kamarnya belum dimatikan dan Mama belum keluar kamar sejak Subuh tadi.

8.22
"Biiik..." panggilku sambil bertopang dagu di meja makan. Si Bibik dengan sigap menghampiriku,
"Ya Non?" wajahnya nampak heran melihatku yang jam 8 sudah bangun dan siap-siap sarapan.
"Kapan terakhir kali Bibik membersihkan kamarku? Kenapa berantakan sekali?" sungutku kesal.
"Yah si Non, kan tiap hari saya bersihin kamarnya. Saya sapu dan pel loh Non. Tapi barang yang di meja belajar saya biarin aja soalnya Nyonya bilang, biar dibersihin sendiri, takut nanti ada yang hilang kalo saya yang bersih-bersih,"

Aku tertegun. Sudah 3 minggu berlalu sejak aku merapikan meja belajarku? Huh, pantas saja aku sudah tidak bisa melihat bagian dasar dari meja itu.

8.25
Sarapan sereal dan susu coklat. Dan beberapa pisang ambon.

8.35
Membaca koran, melihat berita tentang Manohara di bagian gosip selebritis. Berita tentang mbak yang satu itu sudah mulai terasa menggangguku. Melirik lantai 2 dan berharap bertemu Mama pagi ini.

8.45
Terdengar HP-ku berbunyi dari kamar. Kubiarkan saja.

8.55
"Jaaaaazzz... HP-mu berbunyi terus dari tadiiiii..." teriak kakak lelakiku yang rupanya sudah bangun dari tidurnya dan pasti merasa terganggu dengan ringtone-ku.
"Ambilin dooong!" aku balas berteriak.
"Maleeess...Kau mau HP-mu aku lempar dari sini?" sungguh penawaran yang pantang diterima.
"Sekali-kali bergeraklah! Jangan habiskan sisa hidupmu duduk didepan TV bermain playstation!" aku pun mengajukan tawaran yang sudah pasti tak akan diterimanya.

Lalu aku kembali ke lantai 2 dan melihat si pemalas itu masih dengan kaos oblong jelek dan celana basket, bersantai di ruang tamu di depan kamar kami.

8.57
Melihat ada 3 mis-call dari Zaira. Ada apa sih dengan cewek itu? Mengapa dia begitu bersemangat 'menangkap' selingkuhan dari pacarnya Amira? Aku lantas menuju kamar kecil yang berada di sebelah kamarku. Dari kamarku, dengan santai kubuku pintu yang langsung menembus kesana. My lovely closet. Surga-ku. Tempat aku menyimpan baju, tas, sepatu, syal, whatever. Oke, what should I wear today?

9.05
Memutuskan untuk memakai rok pleats abu-abu, kaos hitam dan jaket jeans warna biru pudar.

9.10
Plus sneakers krem, dan postman bag warna hitam.

9.45
Hanya terlambat 45 menit dari jadwal keberangkatan yang kujanjikan pada Zaira. Aku duduk dibelakang setir dengan perasaan yang sedikit mulai gelisah. Membayangkan seperti apa sih wajah perempuan itu? Perempuan murahan yang mau-maunya menjadi simpanan tunangan orang?

10.15
Tiba di parkiran gedung berlantai 16 tempat perempuan itu bekerja. Mencari tempat parkir dengan susah payah dan hampir saja memaki seorang om-om dengan Altis-nya yang hampir saja menyerempetku ketika aku berjalan menuju lift. Kutahan makian itu karena menyadari bahwa banyak orang yang tengah mengantri lift. They were all looking at me.

10.35
Memasuki kantor dari Bank swasta tersebut dan menyadari bahwa aku gak punya alasan untuk berada disini. Ini kan bank penerbit kartu kredit dan biasanya orang kemari untuk membayar tagihan mereka!

"Bisa saya bantu, Bu?" sapa seorang satpam dengan ramah.
"Oh eh, er,..." aku tergagap-gagap. Bukan karena satpamnya ganteng (walo memang nampaknya dia terlalu ganteng untuk menjadi seorang satpam!).
"Mau membayar tagihan?" satpam kembali bertanya.
Aku menggigit bibir, "Sebenarnya..." aku berusaha memikirkan satu jawaban, apa saja, sambil mengedarkan pandangan kearah teller. "Saya pengen apply kartu kredit!" ceplosku.
"Oh ya, bisa kearah sini, Bu," Satpam yang ganteng itu mengarahkan aku sambil mengambil beberapa brosur kartu kredit.

Aku mengerutkan kening, this will take time and I dont want to waste my time any longer here!! I just want to know where/ which one is the bitch!
"Eh Pak, sebenarnyaaa... Temannya kakak saya bekerja disini dan dia sudah memberikan brosurnya dan sudah saya isi formulir aplikasinya. Saya hanya hendak menyerahkan formulir itu kepadanya," aku berusaha memasang wajah kibul terbaikku.
"Gitu ya Bu?" Satpam manggut-manggut.
"Eh," aku berjalan menjauhi meja customer service dan memelankan suaraku, "Ada pegawai yang bernama Mbak Jeihan disini?" tanyaku ragu.
"Oh," Satpam memandang ke deretan meja customer service, "Itu kan Ibu Jeihan di counter nomer 3,"

Aku memandang ke arah perempuan yang duduk melayani customer di meja nomer 3. Shit! She'e pretty with her red hair. Rambutnya yang kemerahan dicepol manis. Ugh! Kecantikan seorang bitch!

"Tapi Ibu tetap harus ambil nomer antrian," si Satpam mengingatkan, "Biar saya yang ambilkan, Ibu silahkan duduk dulu," sopan bener ni Satpam, pujiku dalam hati. Tapi antrean begini panjang dan belum tentu juga aku bakal dilayani sama si mbak rambut merah itu. Bitch! batinku dalam hati. Sial! Dia cantik sekali!! Well, Amira cantik, tapi mbak ini, si Jeihan ini lebih cantik daripada dugaanku.

"Ini Bu," Satpam yang tadi menyerahkan secarik kertas berisi nomer antrian kepadaku. Nomer 35. Kulirik layar diatas deretan meja customer service, masih nomer 27.
"Terima kasih Pak, kamar kecil dimana ya?"
"Disebelah lift, Bu," kuberi si Satpam tadi seulas senyum dan berjalan keluar menuju lift. Aku melangkah ke parkiran.


10.50
Aku menelpon Zaira setibanya di lantai dasar.

Shit, aku benci perempuan cantik berambut merah!! Oh well, akhirnya hari ini aku makan siang bersama Zaira membahas sedikit detil yang kudapat hari ini. Amira menelponku tapi tidak kuangkat, lalu dia menelpon Zaira dan kubiarkan mereka bicara berdua.

I'll write again soon! Shit, aku benci perempuan cantik berambut merah!! Sudah kukatakan belum kalau kulit wajahnya putih bersih begitu sempurna???


Gambar dari gettyimages.

3 commented
comment?

**********************************

Wisdom
Tuesday, June 16, 2009

Wisdom doesn't automatically come with old age. Nothing does - except wrinkles. It's true, some wines improve with age. But only if the grapes were good in the first place. (Abigail Van Buren)


I read this one today, and I think that this quotation is so so so TRUE!

1 commented
comment?

**********************************